Pages

Thursday, April 14, 2011

Beauty in Human Psychology

Rasa ingin cantik bisa membuat Anda dan banyak wanita frustasi. Apakah Anda salah satu yang mengalami fenomena ini ?

Menilai cantik atau tidaknya seseorang tentu tak sulit bagi Anda. Namun cantik kah Anda ? Banyak teori yang menyatakan bahwa cantik itu adalah perpaduan dari (1) inner beauty yang memperlihatkan karakter seorang dari sifat dasar, kecerdasan, dan juga pembawaan yang bisa membuat kagum dan (2) outer beauty di mana secara fisik, bentuk wajah dan lekuk tubuh seseorang tampak menarik. Ada pula yang melihat proporsi kecantikan sempurna dengan rumus matematika untuk mengukur simetri fisik manusia. Tak peduli dengan teori yang rumit, manusia akan selalu melihat kecantikan dari sudut yang berbeda. Jika dulu Brigitte Bardot dibilang paling seksi, sekarang bahkan model superkurus seperti Chanel Iman bisa dibilang seksi. Sudah pasti dibalik penilaian cantiknya seseorang tentu menimbulkan berbagai kontroversi.

The Average Scale of Beauty
Penelitian mengungkapkan rata-rata wanita yang dipandang cantik adalah mereka yang memiliki wajah simetri dengan mata bulat, hidung mancung, bibir penuh, rahang tirus, tulang pipi tinggi, dan tubuh langsing dengan payudara dan bokong yang berisi plus kaki jenjang. Body image ini membuat banyak wanita merasa tak puas dan stres. Yah, jadi cantik kok repot? Bila fisiknya tak menarik, bisa-bisa berujung pada diskriminasi. Pandangan yang dangkal ini merupakan kemunduran mentalitas yang tak bisa didiamkan. Bahkan menurut survei tahun 2009 di London, 26% dari wanita usia 14 sampai 15 tahun sudah melakukan diet tanpa sarapan pagi dan 40% anak umur 10 dan 11 merasa dirinya overweight karena ingin memiliki tubuh seperti Victoria Beckham. Penelitian secara keseluruhan juga mengindikasikan bahwa 90% wanita merasa tak puas dengan penampilannya. Berarti hanya 10% yang dapat bersyukur dengan apa yang mereka miliki. Wakeup woman! Anak remaja mal nutrisi bukanlah tren 2010.

Beauty and Mental Its Mental Skepticism

Industri fashion, beauty, periklanan, sampai media cetak banyak memakai model size zero yang memiliki wajah dan tubuh yang sempurna. Stereotype ini menyakitkan bagi banyak wanita yang tak memiliki gen serupa. Banyak yang tak sadar bahwa persepsi cantik itu sebetulnya memang from the eye’s of the beholder. Balik lagi dengan penilaian masing-masing, kan? Tapi kalau penilaian Anda hanya sekadar ketakutan yang tak masuk di akal, jangan ragu untuk menyerahkan diri ke psikolog atau psikiater. Apakah Anda pernah mendengar Body Dysmorphic Disorder (BDD) atau obsesi memiliki bentuk wajah dan tubuh yang sempurna? Kisah Rayya bisa menjadi contoh. Ia memiliki wajah yang manis. Tapi entah mengapa, ia merasa hidungnya kurang seimbang. Setiap menit ia wajib mengobservasi hidungnya di cermin. Ia pun menolak bertemu dengan orang karena merasa buruk rupa. Jika perlu, ia akan memakai masker untuk menutupi kondisinya. Operasi plastik pun dilakukan dan tetap saja ia merasa tak sempurna. Ia semakin kecewa dan mencoba untuk bunuh diri. Tapi siapa sangka kalau ia mengalami BDD.

Penyebab timbulnya BDD sampai sekarang juga belum ditemukan secara pasti. Namun penelitian menyatakan kadar Serotonin dalam otak yang tak seimbang akan menimbulkan perilaku seperti ini. Penelitian lainnya juga  menyimpulkan bahwa orang yang perfeksionis, introvert, labil, dan sensitif bisa terkena BDD. Trauma masa lalu yang hebat, diskriminasi serta image dari media juga memicu gejala ini. Bila dibiarkan saja, akan membahayakan si penderita. Anda bisa lihat contoh yang dialami selebritis ini. Uma Thurman mengaku mengalami BDD karena merasa tubuhnya sangat gemuk. Rachel Zoe sebagai personal stylist para selebritis Hollywood rela menguruskan badannya demi fashion hingga tulang dada begitu jelas menonjol. Michael Jackson, Jocelyn Wildenstein, dan penyanyi band Dead or Alive, Pete Burns malah mengubah total bentuk wajahnya. Pete sempat mencoba bunuh diri karena operasinya gagal. Operasi plastik yang dilakukan secara intensif tidak membantu penderita BDD.

Treat The Devil
BDD sebagian besar ditemukan pada perempuan. 70% dari gejalanya timbul saat usia remaja di bawah 18 tahun dan akan semakin memuncak di umur 30. Kelainan ini bisa dirawat dengan pengobatan yang tepat. Penelitian menemukan bahwa Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat membantu mengurangi BDD sampai 82%. CBT adalah terapi berpikir dengan bantuan psikiater yang berfokus pada penyelesaian masalah penderita dengan mengubah pola pikir yang negatif menjadi positif. Selain itu perawatan dengan obat golongan SRRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) untuk menaikkan kadar Serotonin pada otak telah menunjukkan problema yang dialami penderita BDD hilang secara perlahan.

Kompleksnya pikiran manusialah yang membuatnya tak pernah puas. Tapi seandainya Anda menyadari bahwa ketidaksempurnaan itu merupakan sesuatu yang unik, mungkin Anda bisa memiliki hidup yang lebih bahagia. Kita bisa meniru artis dengan tubuh ekstra seperti Jennifer Hudson yang selalu pede. Malah Gebourey Sidibe, pemeran film Precious jika ditanya kenapa ia memiliki percaya diri yang tinggi, ia berkata, “Pada suatu hari saya memutuskan bahwa saya ini cantik dan saya menjalani hidup ini seolah-olah memang saya cantik. Saya memakai warna yang saya suka, menggunakan makeup yang membuat saya cantik, dan itu semua sangat membantu. Tidak ada hubungannya dengan bagaimana dunia ini melihat Anda, yang terpenting adalah apa yang Anda lihat."




No comments:

Post a Comment